Cara Menjadi Hidup (Bagian Akhir) — Menciptakan Semesta
Salah satu lagu yang harus ada di pernikahan semua orang adalah lagu milik Neil Young. Judulnya Harvest Moon. Kalau aku nggak salah ingat, waktu aku sekolah dulu Ayah pernah putar lagu ini dari speaker yang Ayah tempel di seluruh penjuru rumah. Bikin kita mau nggak mau harus dengerin lagu-lagu pilihannya.
Lalu aku dengar lagi di scene film A Quiet Place. Waktu itu Krasinski dan Blunt pakai headset, dengerin lagu ini sambil dansa. Blunt lagi hamil besar. Aku ingat sekali aku bisa merasakan gimana sayangnya Krasinski ke istri dan calon anaknya. Turns out keduanya memang suami istri di kehidupan nyata. Cara Krasinski menatap Blunt, meletakkan tangan di punggung dan perut Blunt, I don’t know how, it show me that monogamy still exist. Long-lasting love and loving forever with one person still exist. Just wait the right one on the right moment.
Dasar manusia imajiner. Aku membayangkan tiga puluh tahun dari sekarang, kita tinggal di rumah yang kita bangun sejak dulu. Aku sedang menjahit, dan kamu sedang menyapukan lap basah di vespa tuamu. Warna biru. Yang dulu jadi tunggangan kita di hari pernikahan. Kamu membersihkannya dengan penuh kasih tiap pagi. Dengan kaus putih dan celana pendek merah yang aku siapkan setelah kamu mandi.
Aku, yang sedang menjahit sweater hitam usangmu, yang kamu pakai waktu pertama kali bertemu orangtuaku, mendongak ke arahmu waktu kamu letakkan tanganmu di bahuku. Dengan lembut, tangamu yang keriput meraih pergelangan tanganku. Diajaknya aku berdiri dan meletakkan tanganku untuk melingkarkannya di lehermu. Lalu tanganmu kau letakkan di pinggangku. Waktu aku menatap matamu yang kini berubah abu, samar-samar aku mendengar lagu yang kamu putar untukku. Bukan lagu The Stone Roses yang kamu sukai. Kali ini lagu Neil Young yang aku putar tiap pagi.
Come a little bit closer,
Hear what I have to say
Just like children sleeping
We could dream this night away
Aku bisa mendengar nada pembuka dan membaca frasa pertama dari matamu, Sayang. Kita menikmati masa tua kita. Berdua. Bersama. Beragam masalah dan tantangan sudah pernah kita lalui sejak dulu kala. Kehabisan uang. Mertua yang marah. Kontrakan yang nunggak. Ketertarikanmu dengan perempuan lain. Anak-anak yang nakal. Dan entah berapa banyak masalah lain.
Because I’m still in love with you
I want to see you dance again
Tapi lucunya, entah apa perekat yang kamu gunakan. Oh, yang kita gunakan. Kamu menguatkan. Aku melengkapkan. Kamu kekurangan, aku melebihkan. Aku kekurangan, kamu memberikan. Sedih mendera, kamu datang memelukku dengan hangat.
Kamu mengajakku berdansa untuk mengingatkanku bahwa kita telah melalui semuanya bersama. Kamu sayang aku sejak dulu kala. Kamu melengkapi semesta yang ada sebelumnya.
But now it’s getting late
And the moon is climbing high
I want to celebrate
See it shining in your eye
Kita sudah tua ya, Sayang. Aku berbisik sambil menciummu malu-malu. Aku mau mati di sisimu. Kupikir cara mati terbaik adalah dengan berada di sampingmu. Kata orang, beberapa detik sebelum kita benar-benar mati, akan ada kilasan-kilasan kehidupan kita. Cuma di matamu aku bisa melihatnya.
*
Ironisnya, butuh waktu 3 bulan setelah bayangan ini menyeruak, aku ditinggalkan sendirian.