Greater of the Greatness
Pada awalnya tidur jadi solusi dan pelarian dari berbagai masalah. Di bawah alam sadar nggak merasa apa-apa. Harusnya begitu. Tapi tidur bikin situasi makin buruk. Bangun pun terasa makin sendu. Apalagi kalau otakmu nggak mau diajak bekerjasama dan cuma mau memutar lagu-lagu yang menjebakmu pada ingatan rasa pilu. Mampus kamu dihajar rasa rindu.
Jadi kucoba memutar Ports of Lima milik Sore sebelum Mondo mangkat. Seolah mengulang masa sebelum Sore berubah dan pindah haluan. Lumayan lah. Aku seolah lagi balik ke masa sekolah menengah dan cuma disibukkan OSIS atau pacaran beda agama. Yang lucunya malah melempar ingatan waktu baca the Divine Comedy berkali-kali biar paham dan melahirkan kutipan Dante Aliegheri.
There is no greater sorrow than to recall happiness in times of misery
Sesak. Baru juga sadar. Beban. Berat. Bingung harus apa. Aku harus kemana. Nggak ada tempat bersandar. Lupa. Kosong. Mama datang. Doa berubah. Bukan lagi Mama Ayah Semut. Dunia lagi jungkir balik. Kalau emang harus begini, gimana lagi?
Nggak tahu seberapa banyak bagian dari diriku yang mau bekerjasama. Kayak punya dunia masing-masing. Sementara Come by Sanjurou berputar dan bagian di kepalaku menari-nari ala psikopat sambil memintaku berdarah-darah untuk mengakhiri kesedihan, ada bagian lain yang memaksaku untuk terus mengulang-ulang pidato kemarahan Jokowi yang mau reshuffle menteri, lalu ada juga yang seolah lagi menampar-namparku dan teriak “ada mama nggak boleh nangis! Diam! Diam!” sementara ada lagi yang lagi dialog sama Daun Stevia lewat telepon yang lagi menginterogasi alasan suara serak tapi sisa bagian kepala yang paling banyak memperlihatkan kilasan Ayah mondar-mandir pakai baju tidur dari kamarku ke meja makan cari jajan lalu berakhir dengan minum air sambil berdiri dan aku hadiahkan dengan omelan supaya minum sambil duduk biar nggak tersedak karena lucunya malam ini harusnya kami berempat tidur dimakan letih sepulang dari makan bersama merayakan ulang tahun ayah malahan hari ini nggak ada ulang tahun karena nggak hidup lagi secara fisik. Tapi nggak pernah hengkang dari kepala. Ayo jalan. Untungnya masih ada bagian lain di kepala yang bilang begitu dan membungkam bagian yang mengajakku bergabung bersama Ayah. Tenang, tenang, tenang. Begitu kata Daun Stevia. Dan Mama. Dan Semut. Dan semua orang.
Pic: The Knight of Death. 1957. Salvador Dalí